Senin, 02 Agustus 2010

SIAPA WALI ALLAH YANG SESUNGGUHNYA?






Judul buku    : Karamat Awliya’ Allah

Penulis           : Syekh Abu al-Qasim Hibatullah ibn al-Hasan ibnu Mansur al-Tabari al-Lalika’i

Penerbit         : Dar Tayyibah

Tahun terbit : 1994 M / 1415 H

Tebal kitab    : 351 halaman

Menyimak judulnya saja, kitab yang ditulis oleh Syekh Abu al-Qasim Hibatullah ibn al-Hasan ibn Mansur al-Tabari al-Lalika’i (wafat tahun 418 H) ini sangat menarik. Karamat Awliya’ Allah, sebuah judul yang tentu memancing keinginan umat Islam untuk segera membacanya, khususnya bagi yang bergelut dalam bidang tasawuf. Kitab ini merupakan satu jilid (jilid 9) dari 20 jilid kitab yang semuanya berbicara tentang dasar-dasar akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Percaya dengan adanya keramat (karamah) para wali adalah salah satu dasar akidah yang harus dipegang oleh umat Islam.
 Ditulis oleh seorang ulama yang berkompeten dalam masalah akidah, kitab ini bertujuan memberikan pemahaman, pengetahuan dan pedoman secara gamblang dan lugas kepada umat Islam tentang sosok Wali. Sosok yang sering disalahpahami dan disalahmengerti karena kekurangtahuan umat Islam mengenai hal ini. 
Kitab ini berusaha menerangkan makna karamah dan wali secara etimologis dan terminologis dari berbagai madzhab pemikiran yang ada disertai pendapat dari penulisnya sendiri. Dijelaskan pula ciri-ciri dan karakter wali Allah yang didasarkan pada tafsir al-Qur’an yang mu’tabar di kalangan umat Islam dan hadits yang terpercaya. Metode yang dipakai penulis dalam kitab ini yang pertama adalah selalu menukil hadits dan atsar dengan sanad yang terpercaya disertai derajat kesahihannya untuk memperkuat penjelasan-penjelasan di dalamnya.
Kitab ini juga memberikan contoh tentang kekeramatan wali mulai dari kisah yang terdapat dalam al-Quran, kisah-kisah karamah yang diambil dari hadits, kemudian karamah para sahabat dan generasi sesudahnya. Dalam menceritakan karamah para wali setelah generasi para sahabat pun disertai pula dengan rantai periwayatan yang lengkap.
 Yang membedakan kitab ini dengan kitab-kitab sejenis adalah penjelasannya yang sangat akurat dalam pengertian selalu menyebut sumber-sumber terpercaya. Bisa jadi kitab ini memberi informasi yang selama ini sering luput dari perhatian umat Islam, yaitu mengenai karamah para wali yang terkadang sering dicampuradukkan dengan hal-hal mistis, tingkah laku yang aneh bahkan kadang terkesan melanggar syari’at.
Bagi orang yang menganggap dirinya wali demi mencapai tujuan-tujun duniawi, kitab ini bisa menjadi tamparan yang menyakitkan karena di dalamnya disebutkan; di antara karakter wali Allah adalah selalu berpegang teguh dengan al-Quran dan Sunnah Nabi SAW dan tidak mengaku bahwa dirinya seorang wali. Jika ada orang yang mengaku bahwa dirinya seorang wali maka umat Islam harus segera tidak percaya bahwa dirinya seorang wali.
 Gaya bahasa Arab yang sederhana, mudah dipahami, tegas dan jauh dari bias kepentingan penulis adalah kesan yang akan diperoleh pembaca ketika membaca kitab ini. Kesan ini tidak mengada-ada, sebab uraiannya sendiri mirip dengan penulisan kitab-kitab hadits pada umumnya. 
 Akan tetapi, sebagai sebuah kitab yang bertujuan menggambarkan wali Allah, pemaparan yang terlalu menekankan sanad dan perawi menjadi kurang enak diikuti. Deskripsi yang sebetulnya bisa diikuti dengan menarik menjadi terkesan kering. Pembaca hanya dihadapkan pada potongan-potongan cerita yang terkesan berdiri sendiri. Sebetulnya, kalau ditulis dengan narasi yang mengalir penyampaiannya bisa lebih kaya nuansa, dramatik dan dapat menggugah inspirasi.
 Akan tetapi secara umum, kitab ini dapat memberi wacana baru bagi wacana-wacana yang sudah berkembang di kalangan umat Islam mengenai misteri para wali Allah yang selama ini lebih dipahami sebagai sosok yang sakti, misterius, nganeh-nganehi, ngowahi adat dan mungkin malah menakutkan.