Judul buku : Karamat Awliya’ Allah
Penulis : Syekh Abu al-Qasim Hibatullah ibn
al-Hasan ibnu Mansur al-Tabari al-Lalika’i
Penerbit : Dar Tayyibah
Tahun terbit : 1994 M / 1415 H
Tebal kitab : 351 halaman
Menyimak judulnya saja, kitab yang ditulis oleh Syekh Abu al-Qasim
Hibatullah ibn al-Hasan ibn Mansur al-Tabari al-Lalika’i (wafat tahun 418 H)
ini sangat menarik. Karamat Awliya’ Allah, sebuah judul yang tentu memancing
keinginan umat Islam untuk segera membacanya, khususnya bagi yang bergelut
dalam bidang tasawuf. Kitab ini merupakan satu jilid (jilid 9) dari 20 jilid
kitab yang semuanya berbicara tentang dasar-dasar akidah Ahlus Sunnah wal
Jama’ah. Percaya dengan adanya keramat (karamah) para wali adalah salah satu
dasar akidah yang harus dipegang oleh umat Islam.
Ditulis oleh seorang ulama yang berkompeten dalam masalah akidah,
kitab ini bertujuan memberikan pemahaman, pengetahuan dan pedoman secara
gamblang dan lugas kepada umat Islam tentang sosok Wali. Sosok yang sering
disalahpahami dan disalahmengerti karena kekurangtahuan umat Islam mengenai hal
ini.
Kitab ini berusaha menerangkan makna karamah dan wali secara etimologis dan
terminologis dari berbagai madzhab pemikiran yang ada disertai pendapat dari
penulisnya sendiri. Dijelaskan pula ciri-ciri dan karakter wali Allah yang
didasarkan pada tafsir al-Qur’an yang mu’tabar di kalangan umat Islam dan
hadits yang terpercaya. Metode yang dipakai penulis dalam kitab ini yang
pertama adalah selalu menukil hadits dan atsar dengan sanad yang terpercaya
disertai derajat kesahihannya untuk memperkuat penjelasan-penjelasan di
dalamnya.
Kitab ini juga memberikan contoh tentang kekeramatan wali mulai dari kisah
yang terdapat dalam al-Quran, kisah-kisah karamah yang diambil dari hadits,
kemudian karamah para sahabat dan generasi sesudahnya. Dalam menceritakan
karamah para wali setelah generasi para sahabat pun disertai pula dengan rantai
periwayatan yang lengkap.
Yang membedakan kitab ini dengan kitab-kitab sejenis adalah
penjelasannya yang sangat akurat dalam pengertian selalu menyebut sumber-sumber
terpercaya. Bisa jadi kitab ini memberi informasi yang selama ini sering luput
dari perhatian umat Islam, yaitu mengenai karamah para wali yang terkadang
sering dicampuradukkan dengan hal-hal mistis, tingkah laku yang aneh bahkan
kadang terkesan melanggar syari’at.
Bagi orang yang menganggap dirinya wali demi mencapai tujuan-tujun duniawi,
kitab ini bisa menjadi tamparan yang menyakitkan karena di dalamnya disebutkan;
di antara karakter wali Allah adalah selalu berpegang teguh dengan al-Quran dan
Sunnah Nabi SAW dan tidak mengaku bahwa dirinya seorang wali. Jika ada orang
yang mengaku bahwa dirinya seorang wali maka umat Islam harus segera tidak
percaya bahwa dirinya seorang wali.
Gaya bahasa Arab yang sederhana, mudah dipahami, tegas dan jauh dari
bias kepentingan penulis adalah kesan yang akan diperoleh pembaca ketika
membaca kitab ini. Kesan ini tidak mengada-ada, sebab uraiannya sendiri mirip
dengan penulisan kitab-kitab hadits pada umumnya.
Akan tetapi, sebagai sebuah kitab yang bertujuan menggambarkan wali
Allah, pemaparan yang terlalu menekankan sanad dan perawi menjadi kurang enak
diikuti. Deskripsi yang sebetulnya bisa diikuti dengan menarik menjadi terkesan
kering. Pembaca hanya dihadapkan pada potongan-potongan cerita yang terkesan
berdiri sendiri. Sebetulnya, kalau ditulis dengan narasi yang mengalir
penyampaiannya bisa lebih kaya nuansa, dramatik dan dapat menggugah inspirasi.
Akan tetapi
secara umum, kitab ini dapat memberi wacana baru bagi wacana-wacana yang sudah
berkembang di kalangan umat Islam mengenai misteri para wali Allah yang selama
ini lebih dipahami sebagai sosok yang sakti, misterius, nganeh-nganehi, ngowahi adat
dan mungkin malah menakutkan.