Jumat, 10 Februari 2012

JANGAN BERSEDIH, SESUNGGUHNYA ALLAH BERSAMA KITA





Beberapa minggu ini saya merasa sangat jenuh dan bosan. Semua komunikasi saya putus mulai dari internet sampai HP. Memang saya kadang-kadang mengalami kejadian seperti ini. Kalau sudah begitu biasanya saya melakukan kegiatan refreshing dengan cara keluar rumah untuk jalan-jalan.
Tempat-tempat favorit yang biasa saya kunjungi waktu jalan-jalan berada di kota Malang. Salah satunya adalah Pasar Comboran, tempat orang menjual barang bekas atau loakan. Melihat-lihat barang bekas yang aneh-aneh dan menarik bisa menghilangkan kepenatan meskipun saya tidak membelinya. Saya juga sering duduk-duduk di sini bahkan pernah makan dan minum di warung yang berada di lingkungan pasar. Pernah suatu kali saya kepergok tetangga saya waktu duduk-duduk di pasar. Tetangga saya menyapa dengan wajah keheranan. Mungkin dalam benaknya timbuk pertanyaan kok saya bisa berada di sini (ha..ha..ha..aneh kali ya).
Selanjutnya, toko buku seperti Gramedia atau Toga Mas juga sering menjadi sasaran meskipun waktu ke sana saya tidak mesti membeli buku. Melihat-lihat dan memegang buku dapat memberikan efek yang menyegarkan pikiran. Sesekali ke pasar buku bekas di jalan Wilis atau ke Stadion Velodrome di kawasan Sawojajar untuk berjalan-jalan mencari buku dan majalah bekas. Tempatnya yang rindang dan sejuk sungguh menyenangkan. Berkaitan dengan hal ini, teman saya sempat protes, refreshing kok malah ke tempat buku, buku itu justru membuat kepala pusing, menurutnya refreshing itu ya mancing. Saya hanya tergelak saja mendengarnya.
Kemarin saya mencoba pergi ke toko buku dan kitab yang terletak di ujung selatan Jalan Embong Arab. Toko buku dan kitab Bayakub, sebuah toko yang sering saya kunjungi ketika saya masih kuliah di Malang dulu. Di sana saya melihat-lihat dan sesekali mengambil buku dan kitab yang tertata rapi di rak. Mata saya kemudian tertuju pada sebuah kitab dengan desain cover kombinasi antara warna merah, biru dan putih serta ilustrasi sunset di bawah judulnya. Berbeda dengan kitab-kitab lainnya yang berdesain angker, kitab ini tampak ’gaul’ dan eye cathcing. Berjudul Lā Tahzan inna Allāha ma’anā (Janganlah bersedih sesugguhnya Allah bersama kita) kitab ini bersanding dengan kitab karya Dr. Aidh al-Qarni yang berjudul Lā Tahzan (sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan menjadi best seller) dengan desain cover yang hampir sama.
Menyimak judulnya (diambil dari ayat 40 surah al-Tawbah) kitab yang ditulis oleh al-Shaykh ’Irfān al-’Ashshāhassūnah al-Dimashqī ini bertujuan menghibur pembaca yang sedang dirundung kesedihan dan kegelisahan. Kutipan ayat-ayat al-Quran dan hadits-hadits Nabi SAW yang menghibur dan menenangkan jiwa bertebaran di setiap bab. Penulis menjelaskan ayat dan hadits tersebut dengan nuansa perenungan sehingga sangat mengena di hati pembaca. Pada bagian lain juga ada puisi-puisi karangan penulis berkenaan dengan kondisi kejiwaan. Dapat juga kita temukan kisah para ”penjemput hidayah” dari berbagai penjuru dunia bahkan penemuan-penemuan modern berkenaan dengan kebenaran al-Quran dan hadits Nabi SAW. Resep terapi kalbu dari penulis sendiri banyak ditemui dalam kitab ini.
Pada suatu bagian, menurut penulis, hati manusia dibagi menjadi dua. Pertama adalah hati yang hidup sedangkan yang kedua adalah hati yang mati. Nasehat hampir tidak dibutuhkan oleh yang disebut kedua karena kekerasan hatinya. Sedangkan yang pertama atau hati yang hidup sangat membutuhkan nasehat untuk membersihkan dirinya dari perasaan khawatir dan gelisah yang kadang menghinggapi. Hati yang hidup akan merasa gelisah jika ada sesuatu yang asing masuk ke dalamnya. Jika dibiarkan, setan akan masuk ke dalam hati dan terus menyirami perasaan tersebut sehingga lama kelamaan hati akan menjadi sakit dan akhirnya mati. Hawa nafsulah yang akhirnya mengendalikan manusia tersebut jika hati sudah mati (hal. 30).
Di sisi lain, perasaan rindu dan ingin berjumpa dengan Allah dapat menjaga agar hati tetap hidup. Rindu Allah bagaikan angin semilir yang senantiasa menghembus hati manusia yang beriman dan menjaganya dari kesilauan dunia. Cinta Allah tidak akan masuk pada hati seseorang jika di dalam hatinya ada rasa cinta dunia. Sebagaimana seekor unta mustahil dapat masuk ke lubang jarum. Jika Allah mencintai seseorang maka Dia akan mendekatkan orang tersebut pada diriNya, menariknya ke dalam cintaNya, membersihkan ibadahnya, menyibukkan hasratnya denganNya, memenuhi lidahnya dengan dzikir kepadaNya dan senantiasa menggerakkan anggota tubuhnya untuk berkhidmat kepadaNya (hal. 147).
Kitab ini sangat inspiratif bagi orang-orang yang sedang mengalami kegelisahan dan berusaha ingin menyembuhkan diri dari penyakit-penyakit hati. Gaya bahasa Arabnya yang ringan diharapkan bisa menuntun seseorang tahap demi tahap menemukan kebahagiaan sejati dalam naungan al-Quran dan sunnah Nabi. Sangat cocok dibaca pada waktu senggang di sela-sela kesibukan kerja atau belajar. Desainnya yang gaul menambah keren penampilan kita waktu membacanya. Pokoknya gue banget deh, cuma sayang dengan ketebalan 760 halaman kitab ini terasa kurang nyaman untuk dibawa-bawa. Bahkan kalau dibaca di tempat umum dikhawatirkan banyak orang akan menganggap kita ustadz yang sedang mutola’ah untuk mempersiapkan materi pengajian.


Judul buku : Lā Tahzan inna Allāha ma’anā
Penulis : al-Shaykh ’Irfān al-’Ashshāhassūnah al-Dimashqī
Penerbit : Dar al-Fikr
Tahun terbit : 2008 M / 1429 H
Tebal kitab : 760 halaman