Kitab Fusus al-Hikam
boleh dibilang bentuk paling matang dari gagasan Ibnu ‘Arabi sekaligus
ringkasan dari seluruh pemikirannya yang sulit dipahami karena sifat
esoteriknya. Kitab yang paling banyak dikomentari dan mengundang kontroversi. Siapapun
harus banyak menelusuri kitab-kitab Ibnu ‘Arabi yang lain di samping kitab ini,
lalu menganalisa dan mensintesa serta mengumpulkan bagian yang terpencar di
sana-sini yang ada relevansinya di antara rincian-rincian yang tidak ada
relevansinya, sebelum sampai kepada suatu sistem.
Fusus al-Hikam
disamping Futuhat al-Makkiyah selalu terkucilkan dan dihindari, disembunyikan
dan dirahasiakan. Tak seorang pun berani mengeksposenya. Sejarah mencatat,
kapan pun dijumpai kitab Ibnu ‘Arabi pada seseorang, akan dirampas, dibakar,
dan ia akan didera hukuman. Jika ia percaya kebenarannya, akan dibunuh.
Akan tetapi ditemukan
fakta penting bahwa sepanjang sejarah, tradisi pengkafiran atas Ibnu ‘Arabi dan
penolakan terhadap ajaran-ajarannya sesungguhnya tidak pernah menjadi pandangan
dominan ulama Islam. Alih-alih mengkafirkan, mereka justru merasa amat penting menghadirkan
pandangan-pandangan Ibnu ‘Arabi ke tengah publik, sebagaimana dapat kita
saksikan dari begitu banyaknya kitab yang ditulis untuk mensyarah Fusus
al-hikam yang memang terkenal amat rumit itu.
Dari 125 judul karya tentang
Fusus al-Hikam, 114 karya berada di barisan Ibnu ‘Arabi: 81 karya sebagai
syarah dan selebihnya untuk membela, menuliskan manaqib ataupun yang lain. Di
sisi berseberangan, hanya 11 karya ditulis untuk menyerang. Dengan demikian,
persentase antara yang pro dan kontra adalah 91,2 % : 8,8 %. Ddan dari 85
penulis secara keseluruhan, 76 berada di barisan Ibnu ‘Arabi, dan hanya 9 saja
yang mengambil sikap berbeda, dengan persentasenya 89,4 % : 10,6 %. Persentase
ini tidak sepenuhnya valid mengingat terlalu banyak judul kitab yang tidak
terakses.
Disamping sulit
dipahami ternyata kitab ini juga mengundang kontroversi dalam pemahamannya.
Usaha untuk memahaminya memerlukan kesabaran, ketekunan, ketelitian, kepekaan
pemahaman dan imajinasi dari pembaca yang harus siap mengikuti alur piker sufi
terkemuka ini sepanjang lorong-lorong pemikiran dan penjelasannya. Karena
sulitnya, karya ini hampir tidak bisa dipahami tanpa bantuan syarah-syarah
(komentar-komentar) atau bimbingan seorang guru yang menguasai teks kitab ini melalui
kajian bertahun-tahun.