Minggu, 27 Oktober 2013

KITAB PENCERAHAN





Di dalam kehidupan, manusia bijak lebih membutuhkan kebahagiaan daripada kesenangan. Kebahagiaan, menurut para filosof, dapat diperoleh jika seseorang mampu melakukan pemaknaan terhadap kehidupannya. Pemaknaan bisa berawal dari pertanyaan-pertanyaan tentang kehidupan yang menuntut jawaban dengan segera. Kualitas pemaknaan hidup tergantung dari kualitas pertanyaan tersebut, dan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan inilah yang kemudian dapat menuntun seseorang kepada pencerahan.

Pencerahan (al-hidāyah) menurut al-Jurjānī adalah jalan yang dilalui oleh seseorang yang bersifat unik dan bisa mengantarkannya sampai pada tujuan. Artinya, seseorang yang mendapat pencerahan adalah seseorang yang punya kemampuan unik untuk bisa memikirkan hal-hal yang tidak bisa dipikirkan oleh orang lain, bisa melihat apa yang tidak bisa dilihat oleh orang lain, bisa mendengar apa yang tidak bisa didengar oleh orang lain, sekaligus mampu memahami apa yang tidak bisa dipahami oleh orang lain, yang kesemuanya nanti akan terwujud dalam bentuk ucapan maupun tulisan.

Berkaitan dengan hal tersebut, kitab berjudul al-Tabaqāt al-Kubrā (Kisah-kisah Agung) yang ditulis oleh al-Imām al-Sha’rānī (w. 973 H) ini mengisahkan sosok-sosok yang telah tercerahkan. Dimana penuturan kisahnya diurutkan berdasarkan abjad pertama dari nama masing-masing. Dimulai dari biografi singkat, proses pencapaian pencerahan sampai dengan wujud hasilnya dalam bentuk ucapan dan karya tulisan yang menginspirasi banyak orang pada masanya maupun pada masa-masa sesudahnya.

Dengan membaca buku ini, kita atau khususnya saya, yang sering merasa sulit mendapat pencerahan dalam kehidupan akibat banyak melakukan kesalahan diharapkan bisa terinspirasi dan terbantu untuk bisa berpikir, melihat, mendengar dan memahami kehidupan sebagaimana yang mereka lakukan dan berhasil mendapatkan kebahagiaan. Wallāhu a’lam bi al-sawāb.

(Patokpicis, 27 Oktober 2013)

Tidak ada komentar: